1.
Desain
Pra-Eksperimental (Pre Eksperimental
Designs)
Desain pra-eksperimental dinamakan demikian karena
mengikuti langkah-langkah dasar eksperimental , tetapi gagal memasukkan
kelompok kontrol. Dengan kata lain, kelompok tunggal sering diteliti, tetapi
tidak ada perbandingan dengan kelompok nonperlakuan dibuat. Desain yang
termasuk pra-eksperimental adalah sebagai berikut:
a.
Studi
Kasus Satu Tembakan (The One Shot Case
Study)
|
Contoh:
Menggunakan
metode diskusi sebagai cara untuk menunjukkan bahwa metode tersebut adalah
efektif.
Prosedur
1) Kenakaan
perakuan X, yaitu metode diskusi, kepada subjek untuk jangka waktu tertentu.
2) Beri
test
yaitu posstest, untuk mengukur prestasi
belajar, dan hitungan mean-nya (Sumadi, 2008:100)

Kelemahan
|
Keuntungan
|
-
Penelitian ini sama sekali tidak
ada kontrol dan tidak ada interval
validity. Sifatnya yang “cepat dan mudah” menyebabkan rancangan ini
sering digunakan meneliti suatu pendekatan yang inovatif, misal dalam bidang
pendidikan, yang sebenarnya menyesatkan kesimpulannya
-
Tidak ada dasar untuk melakukan
komparasi, kecuali secara implisit, intuitif, dan impresionistik.
-
Cara pendekatan ini biasanya
mengandung “eror of mispleced precision”
|
-
Metode ini mungkin berguna untuk
mengusut masalah-masalah yang dapat diteliti, atau untuk mengembangkan
gagasan atau alat-alat tertentu, misalnya dalam action research. Rancangan ini tidak menghantar kita untuk sampai
kepada kesimpulan yang dapat
dipertahankan dalam penelitian.
|
(Sumadi, 2008:101)
b.
Satu
Kelompok Prates-Postes (The One Group
Pretes-Posttest)
Kelebihan desain ini dari desain yang telah dibahas
sebelumnya adalah memasukkan pretes untuk menentukan skor garis belakang. Untuk
menggunakan desain ini dalam studi kita tentang performansi akademik, kita
dapat membandingkan tingkat akademik sebelum memperoleh pengalaman kerja dengan
tingkatan setelah melaksanakan satu semester pengalaman kerja. Sekarang kita
dapat menyatakan apakah perubahan dalam hasil atau variabel terikat telah
terjadi. Apa yang tidak dapat kita katakana adalah jika perubahan ini muncul
semata-mata tanpa aplikasi perlakuan atau variabel bebas. Adalah mungkin bahwa
semata-mata kematangan (maturasi) menyebabkan perubahan dalam tingkat, bukan
pengalaman kerja itu sendiri. (Emzir, 2007:96)
|
Contoh:
Hal
yang sama yang digunakan dalam rancangan 1 dapat digarap dengan rancangan ini,
yaitu penggunaan metode diskusi sebagai metode efektif dalam mengajar.
Prosedur
1) Kenakan
yaitu pretest
untuk mengukur mean prestasi belajar sebelum subjek diajar dengan metode
diskusi

2) Kenakan
subjek dengan X, yaitu metode mengajar dengan diskusi, untuk jangka waktu
tertentu.
3) Berikan
, yaitu posttest untuk mengukur mean prestasi
belajar setelah subjek dikenakan variabel eksperimental X

4) Bandingkan
dan
untuk menentukan seberapakah perbedaan yang
timbul jika sekiranya ada, sebagai akibat dari digunakannya variabel
eksperimental X.


5) Terapkan
test statistik yang cocok untuk menentukan apakah perbedaan itu signifikan. (Sumadi,
2008:102)
Kelemahan
|
Kelebihan
|
-
Tidak ada jaminan bahwa X adalah
satu-satunya faktor atau bahkan faktor utama yang menimbulkan perbedaan
antara T1 dan T2.
-
Ada beberapa hipotesis tandingan
yang mungkin diajukan
1. History:
selama mendapat perlakuan sebagian subjek pindah ke rumah yang lebih baik
atau orangtua mereka lebih menaruh perhatian terhadap kegiatan belajar mereka
2. Maturation:
kenyataan bahwa mereka menjadi lebih, atau menjadi kurang menaruh perhatian,
atau menjadi lebih antusias.
|
-
Pretest itu memberi landasan
untuk membuat komparasi prestasi subjek yang sama sebelum dan sesudah dikenai
X (experimental treatment).
-
Rancangan ini juga memungkinkan
untuk mengontrol selection variable dan
morality variable, jika subjek yang
sama mengambil T1 dan T2 kedua-duanya.
|
(Sumadi, 2008:103)
c.
Perbandingan
Kelompok Statis (The Static-Group
Comparison)
Desain
ini berupaya untuk melengkapi kekurangan kelompok kontrol, tetapi gagal dalam
hubungan memperlihatkan bahwa suatu perubahan telah muncul. Dalam studi
perbandingan kelompok statis, dua kelompok dipilih, satu diantaranya menerima
perlakuan dan satu yang lain tidak menerima perlakuan. Suatu skor postes ditentukan
untuk mengukur perbedaan, setelah perlakuan, antara kedua kelompok. (Emzir,
2007:97)
Dalam
rancangan ini sekelompok subjek yang diambil dari populasi tertentu
dikelompokan secara rambang menjadi dua kelompok,yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
|
Prosedur
1) Pilih
sejumlah subjek dari suatu populasi secara acak
2) Kelompokan
subjek tersebut menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol secara acak
3) Pertahankan
agar kondisi-kondisi bagi kedua kelompok itu tetap sama, kecuali satu hal yaitu
kelompok eksperimen dikenal variabel eksperimental X
4) Kenakan
tes T2 , yaitu variabel tergantung kepada kedua kelompok itu
5) Hitung
mean masing-masing kelompok, yaitu T2e dan T2c, dan cari
perbedaan antara dua mean itu, jadi: T2e - T2c
6) Terapkan
test statistik tertentu untuk menguji apakah perbedaan itu signifikan, yaitu
cukup besar untuk menolak hipotesis nol.
DESIGN
VALIDITY : dengan menempatkan masing-masing subjek secara ranbang kedalam salah
satu dari kelompok itu,peneliti dapat menyakan bahwa kelompok itu pada awal
penelitian adalah sama (setara)
Beberapa
faktor penggangu dapat dikontrol walaupun tidak dapat diperhitungkan efeknya
,yaitu :
a.history
b.
maturation
c. testing
d.
instrumentation.
(Sumadi,
2008:105)
Untuk ketiga jenis
desain pra-ekperimental dapat diagram sebagai berikut:
|
2.
Desain
Eksperimental Sebenarnya (True-Eksperimental
Designs)
Desain eksperimental yang sebenarnya melengkapi
kekurangan dari dua desain yang telah dibahas sebelumnya. Desain eksperimental
yang sebenarnya melaksanakan kelompok kontrol maupun cara mengukur perubahan
yang muncul dalam kedua kelompok. Dalam arti ini, kita berusaha mengontrol
semua variabel yang mencampuri, atau paling tidak memperhatikan pengaruhnya,
sementara berusaha menentukan jika perlakuanlah yang benar-benar menyebabkan
perubahan. Eksperimen yang sebenarnya sering dianggap sebagai satu-satunya
metode penelitian yang dapat secara tepat mengukur hubungan sebab akibat.
(Emzir, 2007:98)
a.
Desain
Kelompok Kontrol Prates-Postes (The
Pretest-Posttest Control Group Design)
Desain
ini melengkapi kelompok kontrol maupun pengukuran perubahan, tetapi juga
menambahkan suatu prates untuk menilai perbedaan antara kedua kelompok sebelum
studi dilakukan. Untuk melaksanakan desain ini pada studi pengalaman kerja,
kita menempatkan mahasiswa suatu akademik secara random kemudian menempatkan
mahasiswa yang telah dipilih kedalam salah satu kelompok dengan menggunakan
penempatan secara random. Kemudian kita akan mengukur peringkat semester setiap
kelompok sebelumnya untuk memperoleh rata-rata peringkat. Perlakuan, atau pengalaman
kerja kemudian diaplikasikan pada salah satu kelompok dan suatu kontrol
diaplikasikan pada kelompok yang lain. (Emzir, 2007:98)
Group
|
Pretest
|
Treatment
|
Posttest
|
Exp.
Group (R)
|
T1
|
X
|
T2
|
Contr.
Group (R)
|
T2
|
T2
|
DESIGN PROCEDURE
1) Pilih
sejumlah subjek secara acak dari suatu populasi
2) Secara
acak, golongkan subjek menjadi dua keompok, yaitu kelompok eksperimen yang
dikena variabe X, dan kelompok kontrol yang tidak dikenakan perlakuan
3) Berikan
pretes T1 untuk mengukur variabel tergantung pada kedua kelompok
itu, lalu hitung mean masing-masing kelompok.
4) Pertahankan semua kondisi untuk kedua kelompok
itu agar tetap sama, kecuali pada satu ha yaitu kelompok eksperimen dikenakan
variabel perlakuan X untuk jangka waktu tertentu.
5) Berikan
posttest T2
kepada kedua kelompok itu untuk mengukur variabe tergantung; lalu hitung
meannya untuk masing-masing kelompok
Perluasan
Rancangan ini
|
(Sumadi, 2008:107)
b.
The
Posttest-Only Control Group Design
Randomisasi
dan perbandingan kedua kelompok kontrol dan kelompok eksperimental digunakan
dalam jenis desain ini. Setiap kelompok yang dipilih dan ditempatkan secara
random diberi perlakuan atau beberapa jenis kontrol. Postes kemudian diberikan
kepada setiap subjek untuk menentukan jika ada perbedaan antara kedua kelompok.
Sementara desain ini mendekati metode yang paling baik, ia mempunyai kelemahan
sedikit pada pengukuran prates. Sulit menentukan jika perbedaan aktual dari
kemungkinan perbedaan pada permulaan studi. Dengan kata lain, randomisasi baik
untuk mencampur subjek, tetapi tidak dapat menjamin kita percampuran ini benar-benar
menciptakan kesamaan antara kedua kelompok. (Emzir, 2007:99)
|
c.
Desain
Solomon Empat Kelompok (The Solomon
Four-Group Design)
|
Design
Validity
Rancangan ini
memungkinkan untuk mengontrol dan mengukur:
1) Efek
utama pretesting
2) Efek
interaksi antara pretesting dan X
Selanjutnya,
efek kombinasi antara history dan maturation dapat diukur bila mean
kelompok 4 pata T2 dibandingkan dengan mean-mean pada T1.
Sebenarnya rancangan ini mengabungkan dua eksperimen menjadi satu, yaitu
eksperimen yang satu dengan yang lainnya tanpa pretesting. (Sumadi, 2008:109)
3.
Desain
Eksperimental Semu (Quasi-Eksperimental
Designs)
Desain
eksperimental semu agak lebih baik dibanding desain pra-eksperimental, karena
melakukan suatu cara untuk membandingkan kelompok. Akan tetapi, desain ini
mempunyai kelemahan dalam satu aspek yang sangat penting dan eksperimen, yaitu
rendomisasi. Desain eksperimental semu adalah sebagai berikut:
a.
The
Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama
dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain
ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati
kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok
yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan
postes.
b.
Desain
Rangkain Waktu (The Time-Series Design)
Dalam desain ini
kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih secara random.
Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai empat kali dengan
maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok sebelum
diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya
berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan
tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan
jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya
menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol
|
c.
Desain
Berimbang (Conterbalance Design)
Desain ini semua
kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan perlakuan yang
berbeda-beda. Dalam desain untuk tiga kelompok dan tiga perlakuan, jumlah
kelompok dapat dilibatkan (dua atau lebih) pembatasnya hanyalah jumlah kelompok
sama dengan jumlah perlakuan. Urutan kelompok dalam menerima perlakuan
ditentukan secara random.
d.
Desain
Faktorial (Factorial Design)
Desain Faktorial melibatkan dua atau lebih variabel bebas
(sekurang-kurangnya satu yang dimanipulasi oleh peneliti). Desain faktorial
secara mendasar menghasilkan ketelitian desain true-eksperimental dan
membolehkan penyelidikan terhadap dua atau lebih variabel, secara individual
dan dalam interaksi satu sama lain. Tujuan dari desain ini adalah untuk
menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat digeneralisasikan
lewat semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah efek suatu variabel
eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari variabel kontrol, selain itu
juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat dilakukan oleh
desain eksperimental variabel tunggal.
(Emzir, 2007:105)
DAFTAR
PUSTAKA
Emzir.
Metodologi Penelitian Pendidikan
Kuantitatif & Kualitatif. 2007. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. 2008. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
No comments:
Post a Comment